RENUNGAN buat para "@yah"
Buah hati kita, mereka begitu mendamba perhatian dan kehadiran kita.
Namun
mereka tak pandai merangkai kata tuk mengungkap cinta.
Mereka juga tidak
mengerti cara membisikkan rasa rindunya.
Kalau
Anda seorang ayah pasti sering mendengar kalimat-kalimat berikut
ini:
“Ayah, aku sudah mandi”. ”Aku sudah belajar lho, Pa,”. Apa aku
boleh
ikut pergi?” Kalau bapak pulang, bawakan aku es krim ya?” Yang
menjadi
pertanyaan adalah bagaimanakah respon kita saat itu? Apakah
tanggapan
kita seindah binar mata mereka? Apakah sikap kita semanis
senyum
mereka? Apakah jawaban kita sebesar harapan mereka?
Kalau kita
seorang ayah, sungguh anak-anak kita itu memerlukan senyum
gagah
kita. Mereka juga membutuhkan belaian sayang kita. Buah cinta kita
itu
selalu merindu dekapan mesra kita. Yakinlah Anda bahwa tutur kata
manis
kita amat berarti bagi hatinya. Oleh-oleh yang kita hadiahkan
begitu
bermakna bagi jiwa mereka. Ketika kita mengajak mereka bepergian
rasa
bangga memenuhi ruang-ruang kalbunya.
Bagi anak-anak,
kita para ayah adalah pahlawan. Menurut mereka kita
adalah sosok
gagah yang menentramkan hati mereka. Buah hati kita itu
amat
bangga terhadap keperkasaan kita. Mereka begitu mendamba perhatian
dan
kehadiran kita. Namun mereka tak pandai merangkai kata tuk
mengungkap
cinta. Mereka juga tidak mengerti cara membisikkan rasa
rindunya.
Mereka mencintai kita para ayah dengan bahasa yang sering tak
mampu
kita mengerti. Mereka menyayangi kita dengan gaya yang sering tak
bisa
kita pahami. Karena itu kita sering tak menyadari bahwa ada
makhluk-makhluk
kecil yang begitu mencintai dan membutuhkan kita.
Apakah
ini yang pernah dan masih kita lakukan :
1. Saat mereka
mendekat, kita sering merasa terusik.
2. Ketika mereka
mengajak bicara, kita sering merasa terganggu.
3. Waktu
mereka bertanya, sering hati kita merasa tak nyaman.
4.
Tangisan mereka seperti suara petir bagi telinga kita.
5.
Teriakan mereka bagai badai yang menerjang jiwa kita.
Padahal
seperti itulah cara anak-anak mencintai kita. Begitulah cara mereka
menyayangi
kita. Dengan cara seperti itulah mereka ingin menyampaikan
bahwa
mereka amat membutuhkan kita. Hanya cara seperti itulah yang
mereka
mengerti untuk menyentuh cinta kita.
Boleh jadi kita belum mampu
menjadi ayah yang indah untuk anak-anak
kita. Saat mereka
menangis kita malah membentaknya. Ketika mereka
bertanya kita
tidak menggubrisnya. Waktu mereka belajar, kita tidak ada
di sisi
mereka. Mereka sakit tanpa ada kita di sisinya. Mereka sedih
tanpa
ada yang menghiburnya. Mereka jarang kita belai. Mereka jarang
kita
cium. Kadang pekerjaan kita membuat kita tak menyadari bahwa ada
yang
menanti-nanti kedatangan kita hingga tertidur di depan pintu
Sudah
tiba saatnya bagi kita para ayah untuk mengerti bahasa cinta
anak-anak
kita. Kita harus memahami gaya mereka dalam mencintai kita.
Dengan
demikian kita bisa menjadi seperti yang mereka pinta. Kita mesti
berupaya
menjadi seperti yang mereka harapkan. Kita harus menjadi
pendengar
yang menyenangkan saat mereka berbicara. Ketika mereka
mendekati
kita sehasta, kita mendekati mereka sedepa. Sewaktu mereka
menangis,
kita akan mendekapnya dengan penuh cinta. Kita juga tak akan
pernah
lelah tuk berbisik mesra, ”Nak, ayah mencintaimu,”
WITHLOVE
"Bunda"